Helikopter hingga K-9 Dikerahkan Saat ‘Gempa’ Guncang Bandung

oleh -28 Dilihat
oleh

Majalah Bandung — Suasana Kota Bandung mendadak riuh pada Rabu pagi ketika sirene dan pengeras suara meraungkan tanda bahaya. Ratusan petugas dari berbagai instansi bergerak cepat mengevakuasi warga dalam simulasi bencana gempa bumi besar yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Kepolisian Daerah Jawa Barat dan sejumlah lembaga penanggulangan bencana.

Simulasi tersebut menjadi bagian dari kegiatan latihan tanggap darurat bencana berskala besar yang melibatkan unsur TNI, Polri, BPBD, Basarnas, dan relawan kemanusiaan. Kegiatan berlangsung di kawasan Lapangan Gasibu, Jalan Diponegoro, dan sejumlah titik rawan gempa di sekitar pusat kota Bandung.

Jalannya Simulasi

Dalam skenario latihan, gempa berkekuatan tinggi mengguncang kota, menyebabkan bangunan roboh dan korban terjebak di reruntuhan. Petugas segera menerjunkan tim penyelamat, termasuk unit K-9 dengan anjing pelacak yang dilatih khusus untuk mendeteksi keberadaan manusia di bawah puing-puing.

Unit K-9 diterjunkan untuk membantu mempercepat proses pencarian korban di lokasi yang sulit dijangkau. Sementara itu, helikopter milik kepolisian berputar di udara melakukan pemantauan situasi sekaligus menurunkan tim medis menggunakan tali fast-rope di area yang disimulasikan sebagai lokasi terdampak parah.

Di lapangan, para tenaga medis mendirikan pos pertolongan pertama dan rumah sakit darurat. Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) bersama tenaga medis Dinas Kesehatan memberikan penanganan kepada korban simulasi yang menderita luka ringan hingga berat. Ambulans, kendaraan taktis, dan alat berat turut dikerahkan untuk membantu proses evakuasi.

Dukungan dan Arahan Pimpinan

Kapolda Jawa Barat Rudi Setiawan menyampaikan bahwa latihan tanggap bencana ini bertujuan meningkatkan kesiapan seluruh unsur dalam menghadapi kemungkinan bencana alam yang dapat terjadi sewaktu-waktu di wilayah Jawa Barat, khususnya gempa bumi dan longsor. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, aparat keamanan, lembaga sosial, dan masyarakat dalam setiap tahapan penanganan bencana.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menekankan bahwa kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci utama dalam meminimalkan risiko korban. Pemerintah provinsi, katanya, terus berupaya memperkuat infrastruktur tangguh bencana, memperluas pelatihan kebencanaan di sekolah, serta memperbarui jalur evakuasi di kawasan rawan gempa dan longsor.

Menurutnya, pelaksanaan simulasi ini bukan hanya untuk menguji kemampuan teknis aparat, tetapi juga mengedukasi masyarakat agar memahami tindakan yang tepat ketika gempa terjadi. Ia juga menyebut bahwa latihan ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk membangun sistem mitigasi yang berbasis pada teknologi digital dan data spasial.

Edukasi dan Kesadaran Publik

Selain petugas dan aparat, simulasi ini juga melibatkan masyarakat sekitar, pelajar, serta komunitas relawan. Mereka dilatih mengenai cara berlindung saat gempa, bagaimana mengevakuasi diri, serta langkah pertolongan pertama bagi korban.

Penyelenggara berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan kesadaran bahwa mitigasi bencana harus dimulai dari tingkat keluarga dan lingkungan terdekat. Melalui latihan ini, warga dapat lebih siap menghadapi situasi darurat dan mampu bertindak cepat serta terkoordinasi.

Helikopter, unit K-9, dan perangkat komunikasi modern yang digunakan dalam latihan juga memperlihatkan kemampuan logistik dan koordinasi lintas instansi. Seluruh proses berjalan terstruktur dengan melibatkan tim komando lapangan yang mengoordinasikan setiap tahapan, mulai dari pencarian korban hingga distribusi bantuan logistik dan pengelolaan pengungsi.

Langkah Lanjutan

Simulasi bencana di Bandung ini menjadi contoh bagi daerah lain dalam menyiapkan sistem tanggap darurat terpadu. Pemerintah daerah berencana melanjutkan latihan serupa secara berkala di tingkat kabupaten dan kota untuk memperkuat kapasitas aparatur serta kesiapsiagaan warga.

Melalui latihan ini, aparat penegak hukum, TNI, pemerintah daerah, dan masyarakat diharapkan dapat bertindak cepat, terukur, dan terkoordinasi ketika bencana sesungguhnya terjadi. Dengan demikian, risiko korban jiwa dan kerugian material dapat diminimalkan, sekaligus memperkuat ketahanan masyarakat terhadap potensi bencana alam di masa mendatang.

Skintific

No More Posts Available.

No more pages to load.