BMKG: Jabar diguncang 99 kali gempa selama Oktober 2025

oleh -33 Dilihat
oleh

Majalah Bandung – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Bandung mencatat sebanyak 99 kejadian gempa bumi mengguncang wilayah Jawa Barat dan sekitarnya sepanjang Oktober 2025. Aktivitas seismik ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya, yang hanya mencatat sekitar 70 kejadian.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, menjelaskan bahwa gempa bumi dengan kekuatan terbesar yang terekam pada periode tersebut mencapai magnitude 4,6, sementara yang terkecil berada pada magnitude 1,5. Sebagian besar gempa tersebut tergolong gempa dangkal yang berpotensi menimbulkan guncangan di permukaan meski dalam skala kecil.

“Dari 99 kejadian gempa bumi selama Oktober 2025, sebanyak 85 di antaranya memiliki kedalaman kurang dari 60 kilometer, sementara 14 lainnya berkedalaman antara 60 hingga 300 kilometer,” kata Teguh di Bandung, Rabu (5/11/2025).

Lebih lanjut, BMKG mencatat dua kejadian gempa bumi yang dirasakan masyarakat, salah satunya gempa berkekuatan 2,4 magnitudo yang berpusat di Kabupaten Subang pada Sabtu (11/10/2025). Guncangan ringan tersebut sempat dirasakan warga di beberapa wilayah Subang, namun tidak menimbulkan kerusakan.

Berdasarkan analisis sebaran episenter, 66 gempa bumi berpusat di laut dan 33 gempa lainnya berpusat di darat. Aktivitas gempa laut umumnya terjadi di zona subduksi selatan Jawa Barat yang merupakan pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia, sedangkan gempa darat berkaitan dengan sesar aktif seperti Sesar Lembang, Sesar Cimandiri, dan Sesar Baribis.

“Wilayah Jawa Barat merupakan salah satu daerah dengan kompleksitas geologi tinggi. Banyaknya sesar aktif membuat potensi gempa bumi tetap perlu diwaspadai, meski mayoritas gempa yang terjadi berskala kecil,” ujar Teguh menambahkan.

BMKG juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik, namun tetap waspada terhadap potensi gempa susulan, terutama bagi warga yang tinggal di wilayah pesisir selatan Jawa Barat seperti Sukabumi, Garut, dan Pangandaran. Sosialisasi kesiapsiagaan terus dilakukan bekerja sama dengan pemerintah daerah, BPBD, dan sekolah-sekolah di zona rawan gempa.

Selain pemantauan aktivitas gempa bumi, Stasiun Geofisika Bandung juga memperkuat sistem Early Warning System (EWS) dengan menambah sensor seismograf baru di beberapa titik strategis, termasuk di Subang, Tasikmalaya, dan Cianjur, untuk mempercepat deteksi dini terhadap potensi aktivitas seismik di masa mendatang.

“Kami berkomitmen meningkatkan jangkauan monitoring dan memperkuat edukasi kebencanaan, agar masyarakat Jawa Barat lebih siap menghadapi potensi gempa di kemudian hari,” tutup Teguh.

Skintific

No More Posts Available.

No more pages to load.